Bagi para penggemar film-film produksi Hollywood, tentu sudah tak asing dengan 'kebiasaan' alias tradisi yang sering muncul di dalam alur ceritanya, yakni selalu ada adegan deep kiss atau ciuman intim. Adegan yang bagi sebagian masyarakat masih dianggap 'haram' tampil pada film-film nasional ini memang cenderung mudah ditiru masyarakat, khususnya oleh kaum muda.Mereka beranggapan model ciuman seperti itu sangatlah 'nikmat'. Padahal, ciuman intim beresiko menyebarkan berbagai jenis penyakit, apalagi jika dilakukan dengan beberapa orang yang tidak diketahui riwayat penyakitnya, dari penyakit mulut hingga penyakit dalam. Wow! Mengerikan bukan?
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Australia, hal tersebut meningkatkan resiko terkena meningitis atau kerusakan membran otak. Ciuman yang 'dalam' dan sempurna memberi pengalaman yang lebih berkesan ketimbang hubungan seksual. Hal ini diungkapkan oleh para pencinta ciuman. Lantas, banyak orang menilai ciuman yang hebat adalah gaya orang Prancis yang kemudian dikenal dengan French Kiss. Dalam gaya ini, lidahlah yang paling berperan. Padahal lidah memiliki permukaan yang sensitif. Tak mengherankan bila sensasinya bisa melesat, tapi seketika itu pula bakteri bisa dengan mudah berpindah antara dua manusia.
Rupanya, di sini kenikmatan dan bencana saling 'bergandengan'. Profesor Robert Booy, Wakil Direktur National 'Centre for Immunization Research and Surveillance' pada Rumah Sakit Anak Westmead, Sydney, Australia, adalah orang yang mengungkapkan kaitan French Kiss dengan penyebaran bakteri meningococcal.
"Berciuman dengan lidah, berpotensi tinggi menyebabkan terjadinya penyebaran bakteri meningococcal, khususnya bagi orang yang berganti-ganti pasangan," kata Booy.
Meningitis adalah infeksi pada bagian pembungkus otak dan syaraf tulang belakang. Penyebabnya adalah virus atau bakteri. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan remaja, serta penyebarannya dari seorang penderita kepada orang di sekitarnya melalui udara, misalnya melalui bersin, batuk, ciuman, dan hidup dalam satu ruangan, misalnya di asrama.
Sekitar 5 hingga 10% pasien akhirnya meninggal karena serangan penyakit ini, dalam tempo 24 hingga 48 jam setelah timbul gejala. Dalam laporan penelitian yang dimuat British Medical Journal, para peneliti mempelajari faktor-faktor yang meningkatkan resiko penyakit. Penelitian tersebut dilakukan terhadap para penderita berusia 15 hingga 19 tahun, yang menjalani perawatan di rumah sakit karena menderita penyakit tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar